Selamat datang di duniaku.

Thursday, March 13, 2008

Keberanian sejati

Keberanian adalah saat kau tahu kau akan kalah sebelum memulai;
tetapi kau tetap memulai dan kau merampungkannya,
apapun yang terjadi.
Kau jarang menang,
tetapi kadang-kadang kau bisa menang.

by: Atticus on "to Kill a Mockingbird" (Harper Lee)

Thursday, June 14, 2007

ketika kata sering menjadi amarah,
mata yang mendelik dan dengusan napas senantiasa mengiringi ucap,
saat itu... kala itu... aku... kamu ... kita marah.
Tapi tidak pernah sekalipun aku berhenti mencintaimu, menghormatimu.
Kau belahanku, aku yang memilihmu.

olive juice sun.

Thursday, May 24, 2007

Mother

When you become a mother,
you are not only a mother of your child,
you become a mother of all children.
When something wrong happen to the child,
the whole world come tumbling down.
Not all of us are mother,
And its a great gift to be a mother,
eventhough we have to suffer to hear our child cry.

Wednesday, May 23, 2007

Midsummer Man

Tulisan ini sebetulnya berawal dari salah persepsi. Saya pernah membaca suatu kalimat "Midsummer Man" yang saya pikir merupakan judul buku, tapi ternyata merupakan tema deodoran lelaki. Lucu juga, deodoran dengan tema segagah itu. Dalam hati tergelitik membayangkan lelaki ganteng setengah telanjang dengan kulit kecoklatan duduk di tepi pantai, tubuhnya yang "six pack" terkotori sedikit pasir putih. Lelaki ini ada hanya pada saat liburan musim panas, seorang "Midummer Man". Hahaha, saya tergelak sendiri, seorang istri dan ibu dua anak masih saja mengkhayalkan lelaki lain yang jelas-jelas berbeda jauh dengan suami saya.
Hal yang lumrah bukan? Memiliki bayangan ideal tentang lawan jenis, sesuatu yang diimpikan tapi belum tentu ingin dimiliki. Bukan karena sang impian itu tidak ada di dunia nyata, tapi kita lebih memilih yang realistis saja. Karena bisa jadi sang impian punya perbedaan yang sulit dicari solusinya. Repot bukan kalau ternyata sang impian adalah orang Eropa yang sama sekali tidak mau meninggalkan benuanya, atau orang Indonesia asli yang mamanya terlalu ikut campur, atau ia terlalu mementingkan raganya sehingga asupan otak diabaikan dan cara kerjanya "agak" lambat, atau..., atau.... Masih setumprak alasan lainnya, yang akhirnya kita tidak bersama sang impian.
Bukan berarti ketika yang dimiliki berbeda jauh dengan yang diimpikan menjadikan kita pecundang-pecundang yang mengalah pada keadaan. Siapapun yang dimiliki adalah buah "perjuangan", memang kadar "perjuangan"nya berbeda-beda. Semua yang sudah dipilih dan dimiliki seharusnyalah disyukuri dengan tulus ikhlas. Dalam hubungan dengan lawan jenis, ungkapan rasa tulus ikhlas tentunya bukan hanya menerima apa yang ada, tapi bagaimana berperan aktif dan proaktif dengan pasangan untuk menjadikan segala sesuatunya yang berasal dari hubungan itu menjadi baik, kemudian lebih baik, dan lebih baik lagi.
Terlintas juga di kepala saya, apakah dengan membayangkan lelaki lain tersebut saya telah "berdosa" pada suami dan institusi hubungan kami? Wah jadi berat juga ya? tapi kalau kembali pada standar mensyukuri dengan tulus ikhlas dengan apa yang dimiliki, saya rasa saya tidak melakukan "dosa" apapun. Toh sang impian tidak dijadikan obsesi, hanya untuk seru-seruan. Saya yakin, suami saya juga punya bayangan sang impian di kepalanya, seorang "Midsummer Woman" barangkali. Bahkan ketika yang dimiliki adalah sang impian itu sendiri, tetap saja ada kemungkinan membayangkan impian lain.
Menyoal "Midsummer Man" lagi, mungkin memang ada lelaki yang benar-benar cocok dengan sebutan itu. Di tengah musim panas yang cerah, suasana liburan, dan atmosfer romantis selalu menggantung di udara, "Midsummer Man" senantiasa ada di pantai, entah berjemur, berenang, bermain voli pantai, bermain freesbee, atau sekedar bercengkrama di cafe tepi pantai sambil tentu saja hanya mengenakan celana pendek. Tubuhnya yang berotot tidak pernah kelihatan kendur, tapi juga tidak terlalu besar menjijikan seperti robot kaku. Senyum selalu mengembang, "Midsummer Man" ini memang orang yang ramah, hawa liburan tergambar jelas dari wajahnya. Tidak pernah jelas apakah dia sudah beristri atau berpacar, yang pasti dia milik semua mata yang melihatnya di tengah liburan musim panas.

Demi Harga Diri

Demi harga diri mereka rela bercucuran keringat dan air mata!
Masa kali ini kita selalu enggan melangkah kala ada upacara bendera?
Demi harga diri mereka maju bertempur tinggalkan semua!
Masa berdiri tegap saja kita tida bisa?
Demi harga diri mereka tidak sekolah, buta aksara, bahkan buta dunia!
Masa kita tak mau membuka suara untuk beryanyi dengan semangat?
Demi harga diri!
Harga diri bangsa yang terhina, terinjak sepatu negara lain, dibela dengan harta, darah, bahkan nyawa!
Bukankah sekarang juga sama?
Hanya saja harga diri kita tidak ditawan todongan senjata.
Masa kita bermalas-malasan seolah tak terjadi apa-apa?
Setidaknya berdirilah tegap dan penuh semangat!
Tak usah berkata-kata, tataplah sang merah putih yang berkibar dan renungkan bahwa ia berkibar di atas air mata dan juga darah!
Ia berkibar demi harga diri bangsa!

Sarang kita

Sarang tempat berlindung sudah mulai koyak,
hujan dan panas mendera.
Ranting-ranting lembut terkadang menusuki
Sedang telur belum juga selesai dierami.
Ketika akhirnya memutuskan terbang,
karena sarang yang sudah penuh lobang.
Hanya seketuk kesadaran nurani yang dicari,
lihat burung mungil yang belum bisa terbang sendiri.

The Risk

I'm willng to take that risk
To be forgotten when they succeed
and being cursed when they fail.
I'm just a teacher.